Presiden SBY memberi keterangan pers soal Suriah kepada wartawan Indonesia, di Hotel Grand Emerald, St Petersburg, Rusia, Jumat (6/9) petang. (foto: intan/presidenri.go.id)
St. Petersburg, Rusia, The Royal Indonesia TV - Diam-Diam Presiden SBY Bentuk Tim Kecil , kemungkinan Indonesia untuk membangun pusat pemerintahan yang baru, di luar Jakarta. “Kami membentuk tim kecil untuk mulai memikirkan kemungkinan pemindahan ibu kota kita, dalam arti biar pusat ekonomi, perdagangan, dan lain-lain tetap di Jakarta, tetapi pusat pemerintahan kita pindahkan di tempat yang lain,” kata Presiden SBY dalam keterangan pers di Hotel Grand Emerald, St. Petersburg, Rusia, Sabtu (7/9) pagi pukul 10.00 waktu setempat atau 13.00 WIB.
Waktu itu muncul berbagai pemikiran, debat wacana, tetapi Presiden SBY memilih diam. “Mengapa saya lebih memilih diam, karena kebiasaan di negeri kita ini apapun kalau muncul ide baru langsung didebat atau disalahkan. Sebaliknya kalau saya mengatakan tidak perlulah kita memikirkan pusat pemerintahan yang baru, tetap disalahkan juga,” lanjutnya.
“Saya sungguh ingin memikirkan Jakarta 10, 20, 30 tahun lagi dari sekarang, apa yang akan terjadi. Oleh karena itu saya berpikir, dan ini tugas untuk presiden-presiden pengganti saya nanti, kalau memang secara ekonomi kita sudah kuat, pertumbuhan, GDP, income perkapita, kemudian kalau memang tidak ada solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan Jakarta, dan ada urgensi yang tidak bisa ditunda-tunda lagi, tidak keliru kalau kita memikirkan suatu tempat yang kita bangun menjadi pusat pemerintahan yang baru,” SBY menerangkan.
Presiden SBY dan pemimpin G20 lainnya melakukan sesi foto bersama di teras Istana Konstantinovsky, St Petersburg, Rusia. Jumat (6/9) pagi. (foto: anung/presidenri.go.id)
Presiden SBY memberi contoh negara-negara yang sudah memisahkan pusat pemerintahan dengan pusat ekonomi, seperti Turki, Australia, dan Malaysia. “Saya kira banyak contoh di dunia yang dipisahkan. Tentu ada plus dan minusnya. Kalau nanti kita berpikir membangun pusat pemerintahan yang baru, kita pastikan Jakarta jauh menjadi lebih baik, dan pusat pemerintahan yang baru juga dapat berfungsi secara efektif. Pelajari misalkan apa yang terjadi dengan adanya Putra Jaya, sedangkan Kuala Lumpur juga masih bisa berfungsi dengan baik. Yang bisa kita petik adalah bahwa biayanya tentu tidak sedikit. Biaya ekonomi, dan barangkali juga biaya politik, biaya sosial dan sebagainya,” jelas Presiden SBY.
Dalam kunjungan ke Astana, ibu kota Kazakhstan yang baru, Presiden SBY dan delegasi sama-sama menyaksikan kota yang sangat khas dengan arsitektur yang luar biasa, teratur dan desain yang bagus, dan akhirnya berperan sebagai Ibu kota yang ideal bagi sebuah negara. “Tentu hal ini juga sangat ditolong oleh penduduk Khazakhstan yang jumlahnya 19 juta, sementara Kazakhstan luas wilayahnya lebih dari 2 juta. Bandingkan dengan Indonesia yang berpenduduk lebih dari 240 juta, luas daratannya kurang lebih sama, 2 juta kilometer persegi, sedangkan yang 6 juta adalah lautan. Tentu hal ini tidak mudah,” tandas SBY.
Mendampingi Presiden SBY saat memberikan keterangan pers, antara lain Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menlu Marty Natalegawa, Mensesneg Sudi Silalahi, Mendikbud M Nuh, Menkeu Chatib Basri, Mendag Gita Wirjawan, dan Menperin MS Hidayat. (osa/har)
Posted By : Lensa Jakarta
News Source : Situs Web Resmi Presiden Republik Indonesia - Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono


Tidak ada komentar:
Posting Komentar